Sejarah Desa Glodog
Setiap desa pasti memiliki sejarahnya masing-masing demikian halnya dengan Desa Glodog . Sejarah asal muasal desa seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun-temurun dan disampaikan dari mulut kemulut. Sehingga sulit dibuktitakn kebenarannya secara fakta.
Dongeng tentang asal muasal Desa Glodog diantaranya yang paling populer adalah
Dahulu kala hiduplah seorang dukun sakti yang bernama Ki Klero dia mempunyai dua orang anak kembar laki-laki dan perempuan. Istri Ki Klero meninggal ketika melahirkan anak kembar tersebut, karena merasa kerepotan mengurus kedua anaknya sang dukun kemudian menitipkan anak perempuannya kepada temannya seorang pembuat keris pusaka yang bernama Empu Cangan di desa sebelah.
Singkat cerita setelah dua puluh tahun berlalu dan Ki Klero sudah meninggal dunia, anak laki-laki Ki Klero yang bernama Ngepreh sedang memancing di sungai tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang gadis yang bernama Dewi Bentaro dari desa sebelah dan setelah berkenalan kedua orang tersebut saling jatuh cinta, hubungan meraka berlangsung sampai beberapa tahun, sampai tiba saatnya Ngepreh melamar Dewi Bentaro.
Orang tua Dewi Bentaro yang ternyata adalah Empu Cangan terkejut setelah mendengar cerita calon menantunya bahwa dia adalah putra dari Ki Klero dukun sakti dari desa sebelah yang ternyata adalah ayah kandung dari Dewi Bentaro sendiri. kemudian Empu Cangan memberitahu Ngepreh bahwa Dewi Bentaro adalah saudara kembarnya yang dulu dititipkan oleh Ki Klero kepadanya, mendengar cerita itu Ngepreh marah, dia mengira itu hanya akal-akalan Empu Cangan untuk menolak lamarannya.
Kemudian Ngepreh kabur bersama Dewi Bentaro dan menikah tanpa seizin Empu Cangan, hingga dikaruniai dua orang anak satu laki-laki dan satu perempuan, akhirya kabar pernikahan Ngepreh dan Dewi Bentaro sampai juga ketelinga Empu Cangan mendengar kabar itu Empu Cangan marah bukan kepalang, ia kemudian mencabut kerisnya dan mengacungkannya ke utara yakni ketempat tinggal Ngepreh dan Dewi Bentaro, dari ujung keris Empu Cangan keluarlah puluhan batu besar dan terbang kearah tempat tinggal Ngepreh dan Dewi Bentaro.
Ngepreh dan Dewi Bentaro terkejut mendengar suara gemuruh (jw:glodog,glodog.glodog) di belakang rumahnya, kemudian Ngrapeh berlari sekuat tenaga menyelamatkan kedua anaknya dari hujan batu kiriman dari Empu Cangan, ia berhasil menyelamatkan diri namun sayang Dewi Bentaro istri tercinta yang juga saudara kandungnya tewas tertimbun batu besar itu.
Mengetahui istrinya tewas oleh santet (teluh) dari Empu Cangan, Ngepreh pun marah dan mendatangi Empu Cangan untuk menuntut balas, terjadilah pertarungan yang sengit antara Empu Cangan dan Ngepreh dan akhirnya Ngepreh berhasil menusukkan kerisnya tepat di leher Empu Cangan, Empu Cangan pun roboh bersimbah darah dan sebelum meninggal Sang Empu mengeluarkan kutukan bahwa kelak jika penduduk desanya dan desa tempat tinggal Ngepreh menikah maka salah satu dari pasangannya akan mati mengenaskan.
Setelah Empu Cangan meninggal Ngepreh kembali ke desanya dan menguburkan jasat istrinya di belakang rumahnya ia pun menetap di desa itu bersama kedua anaknya sampai meninggal dan dimakamkan disamping kuburan istrinya, kemudian makam tersebut diberi nama Ngepreh, dan tempat tinggalnya diberi nama Bentaro, sedangkan desa tempat meninggal Empu Cangan oleh penduduk setempat diberi nama Pucangan diambilkan dari nama Empu Cangan dan desa tempat tinggal Ngepreh dan Dewi Bentaro di beri nama Glodog. Sesuai dengan suara gemuruh hujan batu kiriman ki cangan yang berbunyi glodog glodog glodog...., anak laki laki Ngepreh dan Dewi Bentaro kemudian menetap di kaki bukit Pucangan. Sedangkan saudara perempuannya menetap didesa Glodog.
Mitos kutukan Empu Cangan tersebut hingga kini masih melegenda dan dipercaya oleh penduduk setempat, penduduk desa asli glodog tidak boleh menikah dengan penduduk asli desa Pucangan karena danyang (Leluhur) mereka adalah saudara kandung.(Sumber sejarah Sudjianto)
Sejarah Pemerintahan Desa :
Pada zaman penjajahan Belanda Desa Glodog terbagi dalam 3 Desa Kecil yang terdiri dari Desa Glodog, Desa Tambak dan Desa Bentaro. Tiap dusun dipimpin oleh seorang Petinggi ,Kamituwo dan Jogo boyo.
Seiring dengan perkembangan zaman ketiga Desa Kecil tersebut berubah menjadi satu desa yaitu desa Glodog yang terdiri dari tiga dusun antar lain Dusun Glodog , Dusun Tambak dan dusun Bentaro .dan pada Tahun 1988 seiring dengan peningkatan populasi dan pemukiman Dusun Didesa Glodog Berubah Menjadi empat dusun yaitu Dusun Bentaro, Dusun Bogoran, Dusun Sidorejo dan Dusun Tambakrejo.
Sejak terbentuk Desa Glodog telah mengalami pergantian kepemimpinan (Kepala Desa) sebagai berikut :
Tahun 1925 - 1948, Desa Glodog dipimpin oleh Senok
Tahun 1948 - 1970, Desa Glodog dipimpin oleh Warsimin
Tahun 1970 - 1991, Desa Glodog dipimpin oleh Rachmad Nur
Tahun 1991 - 1999, Desa Glodog dipimpin oleh Bambang Priyadi
Tahun 1999 - 2007, Desa Glodog dipimpin oleh Kumaidi
Tahun 2007 - 2013 ,Desa Glodog dipimpin oleh Sudjianto
Tahun 2013 – 2019,Desa Glodog dipimpin oleh Sudjianto
Tahun 2019 - Sampai Sekarang dipimpin oleh Sudjianto